iklan

17.8.10

Kesaksian Mati Suri


Seperti apa rasanya mengalami saat-saat roh lepas dari raga, dan melihat pemandangan jasad sendiri? Percayakah Anda bahwa mati suri itu bisa terjadi dan ada sejumlah penampakan spiritual yang diperlihatkan kepada yang mengalaminya?

Kalau biasanya Kick Andy bicara soal kehidupan, kini saatnya soal kematian yang menjadi bahasan. Bukan untuk melempar polemik soal misalnya klenik yang menyertainya, ataupun menakut-nakuti. Namun lebih kepada wacana bahwa kematian sementara ini memberikan hikmah positif bagi yang mengalaminya. Siapa tahu juga bisa membuat Anda merenung sebentar dan menyarikan manfaat dari kebesaran Tuhan itu.

Subur Satyawan atau lebih akrab dipanggil Samson. Samson yang masa mudanya dipenuhi dengan kehidupan foya-foya, main judi dan main perempuan, serta tidak bertanggung jawab kepada keluarganya, akhirnya mampu berubah menjadi suami dan ayah yang baik bagi istri dan keluarganya. Titik balik kehidupannya bermula saat Samson disentil Tuhan, ia mengalami mati selama kurang lebih 20 menit pada tahun 2000. Seorang mantri kesehatan sempat menyatakan bahwa ia sudah tidak bernyawa. Pada saat itulah, Samson mengaku ia bisa merasakan tubuhnya tertarik ke atas lepas dari badan. Ia merasa dibawa dua orang berjubah hitam, yang dianggapnya setan yang akan membawanya ke neraka. Namun ternyata saatnya belum tiba. “Saya sempat berjanji akan hidup di jalan Tuhan, dan menolak mengikuti dua orang itu…” cerita Samson. Tuhan ternyata mendengar doanya dan memberinya kesempatan kedua. Maut batal menjemputnya saat itu. Ia siuman kembali di hadapan istrinya. Bagaimana ia memaknai peristiwa itu untuk berubah?

Hal yang serupa juga menghampiri pemain saxophone senior Cucu Valianto, atau lebih beken disebut Cucu Ripet. Cucu mengalami mati suri pada akhir tahun 2009 lalu. Saat sedang berada di kamar mandi, ia anfal jantung. Cucu yang sedang bersiap-siap untuk rekaman itu, akhirnya dilarikan ke rumah sakit. Saat menjalani operasi kedua setelah sempat gagal pada operasi pertama, mendadak denyut jantungnya berhenti. Dokter menyatakan ia sudah tidak ada. Alat-alat bantu operasi dilepas dari dirinya, dan ia ditinggalkan dokter selama 2 jam lebih. Pada saat itulah Cucu mengaku seperti bermimpi sedang berlari-lari di sebuah bukit bersama ribuan orang lainnya, yang semuanya berwajah serupa. Menurutnya, ada sebuah pintu di puncak bukit yang mereka daki bersama-sama itu. “Saat itu saya berlari tanpa henti dan tidak merasa lelah, untuk mencapai pintu gerbang. Namun pada saat sampai di depan pintu, langsung ditutup penjaganya karena katanya sudah penuh…” kenang Cucu. Saat itulah, jantungnya berdenyut kembali dan dokter kembali disibukkan mengurusi mantan mayat Cucu. Pasca kejadian itu, Cucu mengaku mengalami sejumlah mukjizat, yang membuatnya semakin yakin akan kekuasaan Tuhan.

August Melasz, aktor senior yang pernah berjaya pada era 1970-1980-an, ternyata juga memiliki pengalaman spiritual serupa. Pada usia 15 tahun, August yang mengaku sedang dalam masa bandel-bandelnya, sempat dijemput oleh maut. Ia yang saat itu dibonceng motor sahabatnya, mengalami kecelakaan hebat dan terluka sangat parah. Ia dibawa ke rumah sakit terdekat di Surabaya, dan mendapatkan pertolongan secepatnya. Namun ia kemudian dinyatakan oleh petugas medis bahwa nyawanya sudah tidak tertolong lagi. Namun saat dalam keadaan tak sadar itu, August mengaku justru ia merasa sadar dan bisa mengetahui serta mendengar semua kejadian di sekitarnya. Ia juga mengalami kejadian yang menurutnya, pemandangan yang mulia dan sejuk. Apa yang ia nazarkan sehingga kemudian diberi kesempatan hidup kedua, dan mampu memaknai pengalaman magis itu untuk menjadi pedoman hidup dan religinya?

Dan bagi Aslina, mati suri menjadi pengalaman paling dahsyat yang pernah ia rasakan. Penyakit gondok yang diderita perempuan asal Bengkalis Riau ini, mengantarkannya berobat ke sebuah rumah sakit di Malaysia. Saat sedang ditangani dokter, tiba-tiba monitor denyut jantungnya berubah menjadi garis lurus. Dokter memvonisnya sudah tak bernyawa lagi saat itu. Sang paman yang mendampinginya pun panik. Yang unik, Aslina justru mengaku ia bisa melihat kepanikan sang paman, yang sedang berada di luar kamar operasinya. Saat itulah Aslina mengaku ternyata ia sedang berada di luar jasadnya, dan melihat semua yang terjadi di sekitarnya. Beberapa saat kemudian, sejumlah peristiwa spiritual diperlihatkan kepadanya. Mulai dari pertemuannya kembali dengan sang ayah dalam keadaan muda hingga perjalanan-perjalanan yang menurutnya mirip seperti yang selama ini diceritakan oleh guru agamanya tentang kematian. Apa saja visi lengkap yang diterima Aslina selama sekitar 2 jam sakaratul mautnya pada 2006 silam? Apa hikmah yang diterimanya, sehingga ia bisa menata hidupnya menjadi lebih religius? Bagaimana pendapat dokter tentang fenomena mati suri, dari bahasa dan pengetahuan ilmiah medis yang berlaku hingga saat ini?

Aslina adalah warga Bengkalis yang mati suri 24
Agustus 2006 lalu. Gadis berusia sekitar 25 tahun itu
memberikan kesaksian saat nyawanya dicabut dan apa
yang disaksikan ruhnya saat mati suri.

Sebelum Aslina memberi kesaksian, pamannya Rustam
Effendi memberikan penjelasan pembuka. Aslina berasal
dari keluarga sederhana, ia telah yatim. Sejak kecil
cobaan telah datang pada dirinya. Pada umur tujuh
tahun tubuhnya terbakar api sehingga harus menjalani
dua kali operasi. Menjelang usia SMA ia termakan
racun. Pada umur 20 tahun ia terkena gondok (hipertiroid) .
Gondok tersebut menyebabkan beberapa kerusakan pada jantung
dan matanya. Karena penyakit gondok itu maka Jumat, 24
Agustus 2006 Aslina menjalani check-up atas gondoknya
di Rumah Sakit Mahkota Medical Center (MMC)
Melaka Malaysia. Hasil pemeriksaan menyatakan
penyakitnya di ambang batas sehingga belum bisa dioperasi.

''Kalau dioperasi maka akan terjadi pendarahan,' '
jelas Rustam. Oleh karena itu Aslina hanya diberi
obat. Namun kondisinya tetap lemah. Malamnya Aslina
gelisah luar biasa, dan terpaksa pamannya membawa Aslina
kembali ke Mahkota sekitar pukul 12 malam itu. Ia
dimasukkan ke unit gawat darurat (UGD), saat itu detak
jantungnya dan napasnya sesak.Lalu ia dibawa ke luar
UGD masuk ke ruang perawatan. ''Aslina seperti orang
ombak (menjelang sakratulmaut, red). Lalu saya ajarkan
kalimat thoyyibah dan syahadat. Setelah itu dalam
pandangan saya Aslina menghembuskan nafas terakhir, ''
ungkapnya. Usai Rustam memberi pengantar, lalu Aslina
memberikan kesaksiaanya.

''Mati adalah pasti. Kita ini calon-calon mayat, calon
penghuni kubur,'' begitu ia mengawali kesaksiaanya
setelah meminta seluruh hadirin yang memenuhi Grand
Ball Room Hotel Mutiara Merdeka Pekanbaru tersebut
membacakan shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Tak lupa
ia juga menasehati jamaah untuk memantapkan iman, amal
dan ketakwaan sebelum mati datang. ''Saya telah
merasakan mati,'' ujar anak yatim itu. Hadirin terpaku
mendengar kesaksian itu. Sungguh, lanjutya, terlalu
sakit mati itu.

Diceritakan, rasa sakit ketika nyawa dicabut itu
seperti sakitnya kulit hewan ditarik dari daging,
dikoyak. Bahkan lebih sakit lagi. ''Terasa malaikat
mencabut (nyawa, red) dari kaki kanan saya,''
tambahnya. Di saat itu ia sempat diajarkan oleh
pamannya kalimat thoyibah. ''Saat di ujung napas, saya
berzikir,'' ujarnya. ''Sungguh sakitnya, Pak, Bu,''
ulangnya di hadapan lebih dari 300 alumni ESQ Pekanbaru.

Diungkapkan, ketika ruhnya telah tercabut dari jasad,
ia menyaksikan di sekelilingnya ada dokter, pamannya
dan ia juga melihat jasadnya yang terbujur. Setelah
itu datang dua malaikat serba putih mengucapkan
Assalaimualaikum kepada ruh Aslina. ''Malaikat itu
besar, kalau memanggil, jantung rasanya mau copot,
gemetar,'' ujar Aslina mencerita pengalaman matinya.
Lalu malaikat itu bertanya: ''siapa Tuhanmu, apa
agamamu, dimana kiblatmu dan siapa nama orangtuamu. "
Ruh Aslina menjawab semua pertanyaan itu dengan
lancar. Lalu ia dibawa ke alam barzah. ''Tak ada teman
kecuali amal,'' tambah Aslina yang Ahad malam itu
berpakaian serba hijau.

Seperti pengakuan pamannya, Aslina bukan seorang
pendakwah, tapi malam itu ia tampil memberikan
kesaksian bagaikan seorang muballighah. Di alam
barzah ia melihat seseorang ditemani oleh sosok yang
mukanya berkudis,badan berbulu dan mengeluarkan bau
busuk. Mungkin sosok itulah adalah amal buruk dari
orang tersebut.

Aslina melanjutkan. ''Bapak, Ibu, ingatlah mati,''
sekali lagi ia mengajak hadirin untuk bertaubat dan
beramal sebelum ajal menjemput. Di alam barzah, ia
melanjutkan kesaksiannya, ruh Aslina dipimpin oleh
dua orang malaikat. Saat itu ia ingin sekali berjumpa
dengan ayahnya. Lalu ia memanggil malaikat itu dengan
''Ayah''. ''Wahai ayah bisakah saya bertemu dengan
ayah saya,'' tanyanya. Lalu muncullah satu sosok.
Ruh Aslina tak mengenal sosok yang berusia antara
17-20 tahun itu. Sebab ayahnya meninggal saat berusia
65 tahun. Ternyata memang benar, sosok muda itu adalah
ayahnya. Ruh Aslina mengucapkan salam ke ayahnya dan
berkata: ''Wahai ayah, janji saya telah sampai.''
Mendengar itu ayah saya saya menangis. Lalu ayahnya
berkata kepada Aslina. ''Pulanglah ke rumah, kasihan
adik-adikmu. '' ruh Aslina pun menjawab. ''Saya tak
bisa pulang, karena janji telah sampai''.

Usai menceritakan dialog itu, Aslina mengingatkan
kembali kepada hadirin bahwa alam barzah dan akhirat
itu benar-benar ada. ''Alam barzah, akhirat, surga dan
neraka itu betul ada. Akhirat adalah kekal,'' ujarnya
bak seorang pendakwah.

Setelah dialog antara ruh Aslina dan ayahnya. Ayahnya
tersebut menunduk. Lalu dua malaikat memimpinnya
kembali, ia bertemu dengan perempuan yang beramal
shaleh yang mukanya bercahaya dan wangi. Lalu ruh
Aslina dibawa kursi yang empuk dan didudukkan di kursi
tersebut, disebelahnya terdapat seorang perempuan yang
menutup aurat, wajahnya cantik. Ruh Aslina bertanya
kepada perempuan itu. ''Siapa kamu?'' lalu perempuan
itu menjawab.''Akulah (amal) kamu.''

Selanjutnya ia dibawa bersama dua malaikat dan amalnya
berjalan menelurusi lorong waktu melihat penderitaan
manusia yang disiksa. Di sana ia melihat seorang
laki-laki yang memikul besi seberat 500 ton,
tangannya dirantai ke bahu, pakaiannya koyak-koyak dan
baunya menjijikkan. Ruh Aslina bertanya kepada
amalnya. ''Siapa manusia ini?'' Amal Aslina menjawab
orang tersebut ketika hidupnya suka membunuh orang.

Lalu dilihatnya orang yang yang kulit dan dagingnya
lepas. Ruh Aslina bertanya lagi ke amalnya tentang
orang tersebut. Amalnya mengatakan bahwa manusia
tersebut tidak pernah shalat. Selanjutnya tampak pula
oleh ruh Aslina manusia yang dihujamkan besi ke
tubuhnya. Ternyata orang itu adalah manusia yang suka
berzina. Tampak juga orang saling bunuh, manusia itu
ketika hidup suka bertengkar dan mengancam orang lain.

Dilihatkan juga pada ruh Aslina, orang yang ditusuk
dengan 80 tusukan, setiap tusukan terdapat 80 mata
pisau yang tembus ke dadanya, lalu berlumuran darah,
orang tersebut menjerit dan tidak ada yang
menolongnya. Ruh Aslina bertanya pada amalnya. Dan
dijawab orang tersebut adalah orang juga suka
membunuh. Ada pula orang yang dihempaskan ke tanah
lalu dibunuh. Orang tersebut adalah anak yang durhaka
dan tidak mau memelihara orang tuanya ketika di dunia.

Perjalanan menelusuri lorong waktu terus berlanjut.
Sampailah ruh Aslina di malam yang gelap, kelam dan
sangat pekat sehingga dua malaikat dan amalnya yang
ada disisinya tak tampak. Tiba-tiba muncul suara orang
mengucap : Subnallah, Alhamdulillah dan Allahu Akbar.
Tiba-tiba ada yang mengalungkan sesuatu di lehernya.
Kalungan itu ternyata tasbih yang memiliki biji 99 butir.

Perjalanan berlanjut. Ia nampak tepak tembaga yang
sisi-sisinya mengeluarkan cahaya, di belakang tepak
itu terdapat gambar kakbah. Di dalam tepak terdapat
batangan emas. Ruh Aslina bertanya pada amalnya
tentang tepak itu. Amalnya menjawab tepak tersebut
adalah husnul khatimah. (Husnul khatimah secara
literlek berarti akhir yang baik. Yakni keadaan dimana
manusia pada akhir hayatnya dalam keadaan (berbuat) baik,red).

Selanjutnya ruh Aslina mendengarkan azan seperti azan
di Mekkah. Ia pun mengatakan kepada amalnya. ''Saya
mau shalat.'' Lalu dua malaikat yang memimpinnya
melepaskan tangan ruh Aslina. ''Saya pun bertayamum,
saya shalat seperti orang-orang di dunia shalat,''
ungkap Aslina. Selanjutnya ia kembali dipimpin untuk
melihat Mas jid Nabawi. Lalu diperlihatkan pula kepada
ruh Aslina, makam Nabi Muhammad SAW. Dimakam tersebut
batangan-batangan emas di dalam tepak ''husnul
khatimah'' itu mengeluarkan cahaya terang. Berikutnya
ia melihat cahaya seperti matahari tapi agak kecil.
Cahaya itu pun bicara kepada ruh Aslina. ''Tolong kau
sampaikan kepada umat, untuk bersujud di hadapan Allah.''

Selanjutnya ruh Aslina menyaksikan miliaran manusia
dari berbagai abad berkumpul di satu lapangan yang
sangat luas. Ruh Aslina hanya berjarak sekitar lima
meter dari kumpulan manusia itu. Kumpulan manusia itu
berkata. ''Cepatlah kiamat, aku tak tahan lagi di sini
Ya Allah.'' Manusia-manusia itu juga memohon. ''Tolong
kembalikan aku ke dunia, aku mau beramal.''

Begitulah di antara cerita Aslina terhadap apa yang
dilihat ruhnya saat ia mati suri. Dalam kesaksiaannya
ia senantiasa mengajak hadirin yang datang pada
pertemuan alumni ESQ itu untuk bertaubat dan beramal
shaleh serta tidak melanggar aturan Allah. Setelah
kesaksian Aslina, instruktur Pelatihan ESQ Legisan
Sugimin yang telah mendapat lisensi dari Ary Ginanjar
(pengarang buku sekaligus penemu metode Pelatihan ESQ)
menjelaskan bahwa fenomena mati suri dan apa yang
disaksikan oleh orang yang mati suri pernah diteliti
ilmuan Barat. Legisan mengemukakan pula, mungkin di
antara alumni ESQ yang hadir pada Ahad (24/9) malam
itu ada yang tidak percaya atau ragu terhadap
kesaksian Aslina. Tapi yang jelas, lanjutnya,
rata-rata orang yang mati suri merasakan dan melihat
hal yang hampir sama.

''Apa yang disampaikan Aslina, mungkin bukti yang
ditunjukkan Allah kepada kita semua, ''
ujarnya.Lagian menjelaskan penelitian oleh Dr Raymond
A Moody Jr tentang mati suri. Raymond mengemukakan
orang mati suri itu dibawa masuk ke lorong waktu, di sana ia
melihat rekaman seluruh apa yang telah ia lakukan
selama hidupnya. Dan diakhir pengakuan orang mati suri
itu berkata: ''Dan aku ingin agar aku dapat kembali
dan membatalkan semuanya.''

Menanggapi kesaksian Aslina yang melihat orang-orang
berteriak ingin dikembalikan ke dunia dan ingin
beramal serta penelitian Raymond yang menyebutkan
''aku ingin agar aku dapat kembali dan membatalkan
semuanya,'' Legisan mengutip ayat Al-Quran Surat
Al-Mu'muninun (23) ayat 99-100:

Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari
mereka, dia berkata:''Ya, Tuhanku kembalikanlah aku
(ke dunia).''(99) . Agar aku berbuat amal yang saleh
terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali
tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang
diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding
sampai hari mereka dibangkitkan. (100).

Sebagai penguat dalil agar manusia bertaubat,
dikutipkan juga Quran Surat Az-Zumar ayat 39: ''Dan
kembalilah kamu kepada Tuhan-Mu, dan berserah dirilah
kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu
tidak dapat ditolong (lagi).''

Usai pertemuan alumni itu, Aslina meminta nasehat dari
Legisan. Intruktur ESQ itu menyarankan agar Aslina
senatiasa berdakwah dan menyampaikan kesaksiaannya
saat mati suri kepada masyarakat agar mereka bertaubat
dan senantiasa mentaati perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya. Setelah acara, banyak di antara alumni
yang bersimpati dan ingin membantu pengobatan sakit
gondoknya. Para hadirinpun menyempat diri untuk
berfoto bersama Aslina.

Semoga pembaca dapat mengambil pelajaran dari
kesaksiaan tersebut,dan mendapat hikmahnya dari cerita ini. Ternyata hidup ini hanya sementara, dan hanya amal serta hati
yang bersih yang menuntun kita menuju jalan kehadapan
Illahi.

1 comment: