iklan

18.11.09

MALANG, KOMPAS. com - Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Kota Malang kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya.


MALANG, KOMPAS. com - Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Kota Malang kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya, Selasa (17/11). Dialah KH Ahmad Suyuthi Dahlan, kiai kharismatik pengasuh Ponpes Nurul Ulum, Kacuk.


Gus Suyuthi, demikian kiai kelahiran 11 September 1939 ini biasa dipanggil, wafat pukul 09.00 WIB, kemarin. Putra sulung Gus Suyuthi, KH Ali Mustofa, 44, mengatakan ayahnya sempat mengeluh sesak napas, malam sebelum berpulang. ”Sekitar tengah malam, kami bawa ke UGD RSSA. Awalnya saya kira keluhan biasa, karena sebelumnya beliau memang sering mendapat sesak nafas,” ujar pria yang banyak menggantikan peran ayahnya selama sakit ini kemarin.

Tak ada pesan terakhir. Namun, ia sempat mendengar dari beberapa santri, Gus Suyuthi banyak menanyakan keberadaan istrinya, Hj Kholifah az-Zahro, yang tengah naik haji. ”Memang, tahun ini, tidak seperti biasanya beliau mengizinkan ummi sepuh (ibu) pergi haji. Saya tidak tahu apakah itu sebuah pertanda atau bukan,” ujar Ali.

KH Suyuthi Dahlan selama ini dikenal sebagai kiai sederhana dan sangat disiplin. Sejak 1967, ia tak henti berdakwah. Blusukan dari kampung ke kampung, hingga berceramah ilmiah di berbagai kampus.
Salah satu yang mungkin paling dikenal publik kota ini, adalah pengajian pondok bambu yang didirikannya dalam pesantren. Forum pengajian ini didirikannya di sebuah lahan seluas 12 x 8 meter persegi, dengan bangunan sederhana terbuat dari bambu.

Pengajian ini istimewa karena diikuti para preman pasar. Melalui ilmu agama yang diajarkan Gus Suyuthi, mereka mentas dari dunia kriminal. Semakin sore, ponpes Nurul Ulum di Jl Aipda Satsui Tubun 17 semakin ramai. Salat jenazah dan aliran pentakziah tak putus. Tepat di sebelah makam sang pendiri ponpes, Hj Rochman Nur, yang tak lain mertuanya sendiri, Gus Suyuthi dimakamkan selepas ashar. Makam ini berada di kompleks ponpes, menempati lahan yang dulu digunakan untuk pengajian ’preman’ pondok bambu. ab

No comments:

Post a Comment